William Shakespeare

Kenalkah dengannya? Atau paling tidak pernahkan mendengar namanya? Dia adalah maestro sastra klasik paling populer dengan kisah roman dan tragedinya. Kalau pernah mendengar tentangnya, kamu pasti juga tahu kalau roman Romeo and Juliet adalah salah satu karyanya yang berlatar Venice, Italia pada sekitar abad ke 16. Benar! Kisah cinta romantis tragis antara dua anak manusia yang saling jatuh cinta. Kalau dipikir-pikir, kisah mereka mengingatkan saya pada kisah Laila Majnun yang populer di Persia bahkan menjadi literatur wajib yang harus dibaca oleh mahasiswa Sastra Arab.

Tahukah? Saya membaca kisah Romeo and Juliet itu ketika saya duduk di bangku SMP. Teks aslinya yang berupa drama terjemahan berbahasa Indonesia tak sengaja saya temukan di kantor guru ketika jam istirahat hampir usai. Buku tersebut bau karena hampir tak pernah disentuh, ia tergeletak di rak paling bawah. Saya bahkan bisa menyimpulkan kalau rak tersebut juga tak pernah dibuka oleh guru-guru. Saya membawanya ke kelas setelah meminta izin bagian tata usaha sekolah. 'Kalau kamu suka, tidak usah dikembalikan juga tidak apa-apa' imbuh beliau sebelum saya meninggalkan ruangan. Saya akan mengembalikannya, karena sepertinya ini buku yang cukup bagus.

Saya membaca teks drama tersebut selama tiga hari dengan mencuri-curi waktu tidur siang dan waktu belajar di malam hari. Apakah saya paham kisah roman seperti itu? Jujur saya jawab, saya tidak memahami bahasa drama yang ditulis dalam teks tersebut. Saya hanya memahami bahwa diluar sana ada sepasang kekasih yang dimabuk cinta dan merelakan apapun demi menumbuhkan kebahagiaan cinta mereka. Meskipun saya membacanya berulang kali saya tetap tidak memahami struktur kalimat yang tertulis di sana. Setelah cukup frustasi, akhirnya saya mengembalikan buku tersebut ke tempat semula dengan perasaan patah hati.

Tidak saya sangka kalau saya akan ketemu dengan Shakespeare kembali di masa-masa kuliah dan seiring waktu memahami jalan cerita drama tragis Romeo and Juliet lewat multimedia. Namun, ternyata Shakespeare tidak hanya hidup menulis satu drama tersebut, Ia juga dengan tragis dan penuh emosi menulis beberapa karya sastra yang berjudul Macbeth, King Lear, Hamlet dan beberapa tulisan lainnya. Kamu pasti pernah mendengar nama Macbeth kan? Saya berkali-kali menemukan nama 'Macbeth' dalam bentuk stiker manis yang tertempel di belakang helm pengendara motor. Berbeda dengan kisah dalam Macbeth, King Lear dan Hamlet memiliki kisah yang hampir serupa namun tetap menghilangkan esensi tragisnya. Mengapa tragis? Tentu saja itu tragis ketika semua kisah yang kita kenal dan kita nikmati seringkali berupa happy ending.

Kalau kamu membaca sejenak penggalan kisah King Lear dan Hamlet maka kamu akan ketemu dengan emosi paling manusiawi yang membuat seseorang akhirnya saling membunuh. Tetapi, bagi saya Shakespeare-lah manusia pembunuh paling emosional untuk semua tokoh-tokoh ceritanya. Tidak ada happy ending dalam kisah yang dibuat oleh Shakespeare, karena itulah kisah yang dihasilkannya berupa kisah-kisah tragis. Jika suatu hari nanti kamu memiliki waktu luang yang lebih banyak dari biasanya, cobalah membaca salah satu karya sastra paling fenomenal di abad pertengahan (Middle Age).

Yogyakarta, 26 Oktober 2014
I started my day with simple smile and hope

Tidak ada komentar:

Posting Komentar