Kenalkah dengannya?
Atau paling tidak pernahkan mendengar namanya? Dia adalah maestro sastra klasik
paling populer dengan kisah roman dan tragedinya. Kalau pernah mendengar
tentangnya, kamu pasti juga tahu kalau roman Romeo and Juliet adalah salah satu
karyanya yang berlatar Venice, Italia pada sekitar abad ke 16. Benar! Kisah
cinta romantis tragis antara dua anak manusia yang saling jatuh cinta. Kalau
dipikir-pikir, kisah mereka mengingatkan saya pada kisah Laila Majnun yang
populer di Persia bahkan menjadi literatur wajib yang harus dibaca oleh
mahasiswa Sastra Arab.
Tahukah? Saya membaca
kisah Romeo and Juliet itu ketika saya duduk di bangku SMP. Teks aslinya yang
berupa drama terjemahan berbahasa Indonesia tak sengaja saya temukan di kantor
guru ketika jam istirahat hampir usai. Buku tersebut bau karena hampir tak
pernah disentuh, ia tergeletak di rak paling bawah. Saya bahkan bisa
menyimpulkan kalau rak tersebut juga tak pernah dibuka oleh guru-guru. Saya
membawanya ke kelas setelah meminta izin bagian tata usaha sekolah. 'Kalau kamu
suka, tidak usah dikembalikan juga tidak apa-apa' imbuh beliau sebelum saya
meninggalkan ruangan. Saya akan mengembalikannya, karena sepertinya ini buku
yang cukup bagus.
Saya membaca teks
drama tersebut selama tiga hari dengan mencuri-curi waktu tidur siang dan waktu
belajar di malam hari. Apakah saya paham kisah roman seperti itu? Jujur saya
jawab, saya tidak memahami bahasa drama yang ditulis dalam teks tersebut. Saya
hanya memahami bahwa diluar sana ada sepasang kekasih yang dimabuk cinta dan
merelakan apapun demi menumbuhkan kebahagiaan cinta mereka. Meskipun saya
membacanya berulang kali saya tetap tidak memahami struktur kalimat yang
tertulis di sana. Setelah cukup frustasi, akhirnya saya mengembalikan buku
tersebut ke tempat semula dengan perasaan patah hati.
Tidak saya sangka
kalau saya akan ketemu dengan Shakespeare kembali di masa-masa kuliah dan
seiring waktu memahami jalan cerita drama tragis Romeo and Juliet lewat
multimedia. Namun, ternyata Shakespeare tidak hanya hidup menulis satu drama
tersebut, Ia juga dengan tragis dan penuh emosi menulis beberapa karya sastra
yang berjudul Macbeth, King Lear, Hamlet dan beberapa tulisan lainnya. Kamu
pasti pernah mendengar nama Macbeth kan? Saya berkali-kali menemukan nama
'Macbeth' dalam bentuk stiker manis yang tertempel di belakang helm pengendara
motor. Berbeda dengan kisah dalam Macbeth, King Lear dan Hamlet memiliki kisah
yang hampir serupa namun tetap menghilangkan esensi tragisnya. Mengapa tragis?
Tentu saja itu tragis ketika semua kisah yang kita kenal dan kita nikmati
seringkali berupa happy ending.
Kalau kamu membaca
sejenak penggalan kisah King Lear dan Hamlet maka kamu akan ketemu dengan emosi
paling manusiawi yang membuat seseorang akhirnya saling membunuh. Tetapi, bagi
saya Shakespeare-lah manusia pembunuh paling emosional untuk semua tokoh-tokoh
ceritanya. Tidak ada happy ending dalam kisah yang dibuat oleh Shakespeare,
karena itulah kisah yang dihasilkannya berupa kisah-kisah tragis. Jika suatu
hari nanti kamu memiliki waktu luang yang lebih banyak dari biasanya, cobalah
membaca salah satu karya sastra paling fenomenal di abad pertengahan (Middle
Age).
Yogyakarta, 26
Oktober 2014
I started my day with
simple smile and hope
Tidak ada komentar:
Posting Komentar