22 September lalu
adalah hari sakral, hari kelahiran saya menurut urutan kalender Masehi. Setiap
kali saya berulang tahun hal yang paling ingat bukanlah momen dimana ulang
tahun tersebut menjadi semacam perayaan wajib, namun saya teringat bagaimana
pertama kalinya saya merasakan imajinasi saya berkembang biak. Saya mengingat
masa-masa kecil ketika saya tidak berada di dalam asuhan Umi, tetapi dalam
perhatian dan kasih sayang nenek saya. Bagaimana nenek membantu saya
berimajinasi sepuas mungkin dengan alam semesta. Hal yang paling melekat adalah
bagaimana nenek mengajarkan saya menyayangi semua hewan. Mungkin dari beliaulah
saya belajar gandrung dan mudah jatuh cinta pada hewan bernama neko (kucing)
hingga saat ini.
Suatu waktu nenek
mengajak saya berkunjung pada salah seorang temannya yang berprofesi sebagai
tukang pijat di lereng gunung. Ketika nenek saya sedang asyik mengobrol, di
meja ada beberapa buku bergambar yang tidak saya ketahui artinya (ketika itu
saya masih kecil dan belum bisa membaca ataupun menulis). Buku dongeng
bergambar tersebut yang pada akhirnya saya ketahui judulnya dikemudian hari
dengan nama Alice in The Wonderland dan Return to Oz: Dorothy Gale.
Sepulang dari rumah di lereng gunung tersebut, bayangan saya tentang dunia lain
tempat mereka tinggal di dalam dongeng membawa saya pada sebuah mimpi yang sama
selama berhari-hari. Itulah perkenalan pertama saya dengan dunia dongeng dan
imajinasi. Beberapa hari kemudian, saya memaksa nenek untuk mengajari saya
membaca dan menulis meskipun ketika itu saya masih terlalu kecil untuk membaca
dan menulis abjad. Setelah berbulan-bulan saya belajar, saya bertekad untuk
kembali ke rumah teman nenek di lereng gunung. Ditemani nenek, saya akhirnya
berhasil datang ke rumah kumuh dan cukup berbau itu lagi. Namun sayangnya, buku
dongeng itu sudah tidak ada di tempat.
“Sudah dibawa pulang
sama anak-anak, nduk” ucap si mbah pada saya. Kecewa sekali saya ketika itu.
untuk pertama kalinya pertanyaan saya tak ada memiliki pasangan jawaban.
Entah mengapa setiap
kali saya berulang tahun saya kerapkali meresapi potongan-potongan kenangan
masa kecil tersebut. Bagi saya hal-hal tersebut membuat saya berpikir bahwa
ulang tahun bukanlah momen dimana saya kehilangan usia. Justru sebaliknya, saya
memiliki usia tersebut meskipun saya tahu sebagian dari usia tersebut tidak
memiliki kualitas yang layak. Namun, apapun kualitasnya, itulah usia yang saya
miliki. Saya menengok ke belakang dan menyadari betapa jauh saya berjalan
menyusuri ruang dan waktu selama ini. Ada beberapa hutang yang harus saya
lunasi pada diri sendiri seiring waktu terus melaju.
Potongan kedua yang
kerapkali saya nikmati adalah saya merasakan bagaimana dongeng menjadi episode
ternyaman untuk mengantarkan saya pada mimpi indah di malam hari. Benar, semasa
kecil saya merasakan sebuah fase dimana Abi menceritakan dongeng untuk
mengantarkan saya ke liang mimpi indah. Saya tahu, Abi tidak memiliki fairy
tale storage yang memadai sehingga dongeng yang beliau ceritakan hanya
itu-itu saja. Si Kancil adalah kisah yang paling saya ingat. Diiringi dengan
belaian lembut di kepala, dongeng itu mengalir hampir di setiap malam sampai
saya tertidur.
Yogyakarta, 12
Oktober 2014
21
Hari sejak ulang tahun saya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar