Her Wedding… (Eka Fitriyah Anggraeni)



Siapa yang pertama kali saya temui ketika saya tiba di MSAA? Kakak saya inilah jawabannya. Mungkin ia tidak ingat bagaimana saya akhirnya tahu namanya adalah ‘Eka Fitriyah’. Tapi saya selalu ingat bagaimana dulu ketika saya pertama kali memasuki sebuah asrama yang bernama Mahad ini, ia yang tersenyum kepada saya pertama kali dan memperkenalkan diri kepada saya dan abi. Saya suka senyum lepasnya yang tak dipaksakan. Terlihat ia sangat senang dengan sebuah kehadiran. Namanya panggilannya ‘Eka’ tapi abi mengejanya dengan ‘Ika’ (hihihi…)

When I Should Say More Than Thank You...


Bicara, tertawa, berteriak dan bahkan terhenyak memandangmu adalah sebuah bahagia yang mengalir seperti pasir waktu. Mensyukuri bahwa engkau masih ada di sini menampakkan sebentuk senyum nyata dihatiku. Lalu, kemarin tiba-tiba engkau bicara tentang sebuah waktu. Waktu yang tak kusadari akan menjelma sekencang ini, menggilas segenap kesadaran penuhku bahwa engkau sebentar lagi akan berlalu seperti mereka yang berdetak maju. Semoga tak ada yang kusesali selain bahagia yang terlanjur ku kemas dalam memori abadiku. Semoga aku juga tak menyalahkan waktu untuk sebuah perpisahan yang mungkin tak tertahankan sakitnya. Dan juga semoga aku tak lagi mengenal bahagia lewat waktu yang menghela secepat laju angin berlalu.

Belum sempat aku belajar tegak bagaimana berjalan dan tersenyum kembali seperti semula tatkala perpisahan menembus raga. Namun, betapa terima kasih yang lebih dari sekedar bahasa dan kata harus kuberikan padamu. Sebab, memberi kesempatan mengukir cerita berbeda di salah satu ruas jalan hidupku. Terima kasih, sebab kadang tiba-tiba memelukku dan membuat beban-beban lain dihatiku meluruh seketika. Terima kasih, sebab mengimbangi dan mengiringku dengan ketaksempurnaan yang ku miliki. Terima kasih, karena adakala membagi bahagia mesti hanya lewat mata dan senyum di balik pedih yang sama-sama kita rasa. Terima kasih telah menjadi secangkir pahit manis cappuccino diperjalanan panjangku yang selalu singgah tak terduga. Terima kasih sebab mampu mengaksarakan rindu yang sesamar kabut menjadi seterang pelangi. Terima kasih karena mampu bertahan di sisiku hingga detik ini.

When the Rainbow Ends




Percayalah, persahabatan dan kenangan ini akan saya bawa sampai pada akhirnya. Tawa dan tangis rindu ini akan saya simpan dalam rekaman lubuk hati. Membangkitkannya kembali tatkala saya butuh putih atas jalan hitam yang akan saya lalui. Perpisahan bukanlah akhir, namun awal untuk pertemuan dan dunia baru kita. Pertegaslah mimpi-mimpi yang dahulu pernah kita bicarakan ketika saling berhadapan. Bahkan, ketika saya mengatakan semua ini. Mata dan hati saya tak lagi seutuh dahulu. Namun, saya harus kembali selalu pada waktu untuk merekatkannya sebagaimana semula ketika ia belum sepatah ini.

Pelangi kita harus berakhir. Sebab kanvas kita sudah sama-sama usang tergerus menit dan menit yang melaju. Ada kanvas baru yang menantimu di ujung pertigaan hidup sana. Belilah kanvas dan warna baru untuk mewarnai lembaran langit biru yang lain. Warna ini takkan terhapus waktu, kawan. Waktulah yang mengabadikannya dengan sebuah perpisahan kecil di sini. Bukankah warna-warna yang seringkali kita bicarakan tak ada di sini. Namun, ada pada lubuk-lubuk lain yang lebih lembut dan membahagiakan. Pelangi kita akan tampak setiap kali engkau melihat betapa hujan telah mengabadikannya.


Malang, 27 April 2012

They Are...


Dunia seperti mereka tak mungkin bisa berpindah dari kehidupan yang kujelajahi. Dunia dan penglihatan ke dalam nurani yang mereka berikan kepadaku terlampui banyak untuk sekedar kuhitung dengan detik waku yang setiap hari kelalui. Bahasa yang mereka ajarkan untuk sekedar memaknai sebuah cinta terkadang terlalu banyak untuk hanya terdefinisi lewat kata saja. Jajar alphabet kadang cukup sesak untuk memaknai kehadiran mereka di sisiku saat ini. Sebab mereka adalah dunia yang hidup dalam lingkar antara nyata dan imajinasi yang membentuk sebuah penglihatanku. Bukankah mereka selalu berani dan cukup nyata?




Malang, 26 April 2012

Alone....



Sekian lama menyandarkan diri dalam diam dan jarak antara engkau dan aku. Sendirian menyimpan letih dan lemah hatiku mencintaimu di siang dan malam hari. Namun, sepertinya waktu tak hendak mengerti bagaimana aku menuliskan setiap gurit luka ketidaktahuanmu atas semua rindu yang kusimpan ini. Tak sesederhana apa yang mereka katakan tentang rindu. Rindu-rindu yang kupilin sendirian ini seringkali menyesakkan dada daripada membahagiakan jiwaku. Ah, bilamana engkau tahu bagaimana aku menyeka sendirian airmata dan ketakberdayaanku ini. Namun, biarlah tetap seperti ini. Berpikir mungkin bila aku menyimpannya dalam tabung jiwaku yang paling dalam, aku akan mampu menerima klise bayangmu dalam hidupku.

Setiap hari, kubawa engkau kesegala arah demi menyamarkan perih rindu yang menagih untuk diberitahu. Alangkah engkau memiliki segalanya yang di dalamnya juga ada hatiku. Mencarimu dalam gumpalan detik demi merekam setiap langkah-langkahmu. Di dalam hatiku, betapa engkau adalah partikel terindah yang kumiliki. Tetapi, itu berlalu kemarin…
Ya, kemarin engkau adalah yang kumiliki dalam deru nafas dan sesak rinduku. Tetapi, karena semua adalah sebuah kebodohan kecil, kini aku tersungkur lukaku sendiri. Jalanmu memang sudah benar, hanya saja jalanku yang keliru menelikung. Aku terlalu mempercayai waktu atas hatiku hingga melenakan ruas-ruas kedip mataku. Dan aku juga terlalu menyandarkan diri dalam ketakberdayaan hati.

Bagaimana denganmu? Bilamana engkau tahu bahwa aku mencintaimu lewat waktu yang terus berlalu. Mampukah engkau tetap ditempatmu selama ini tanpa turut berlalu bersama waktu? Tak meninggalkanku sendirian dengan luka karena ketakmampuanku ini?
Bila engkau jadi diriku? Tak ada yang bisa kau gugat selain waktu dan ketakberdayaan ini.






Malang, 26 April 2012

My Way Looking at Your Heart


Tak ada yang lebih baik baginya selain bersamamu. 
Menjalani setiap hari dengan selalu tersenyum dan bersandar dipundakmu, 
saling menghapus airmata tatkala kehilangan dan sedih, 
dan saling setia menjaga kebahagiaan. 
Baginya, hanya ada dirimu yang sempurna di sampingnya. 
Dia memutuskan untuk berada di sampingmu 
sebab menjaganya sudah lebih dari cukup baginya.


Malang, 27 April 2012


Abi,,,



Tak ada yang mengerti mengapa engkau seperti ini. Tak ada yang paham bahwa kadangkala aku terlalu sempurna untuk sekedar memilikimu. Menceritakan kisah-kisah kecil tentangmu adalah jejakan iluminasi dalam kalbu yang diam-diam merapuh sebab waktu. Namun, waktu menegurku dan menegurmu.
Menegur nuraniku, sebab kadangkala aku salah memahami semua keinginan dan harapanmu. Menegur jiwaku, sebab seringkali aku memilih diam di balik bayanganmu, perlahan menjauh dan menarik diri darimu. Menegur engkau, sebab engkau menginginkan sempurna itu selalu untukku. Sementara jiwaku tak selangkah dengan apa yang engkau inginkan.

Yang Tak Pernah Takut Hujan...

Engkau yang tak takut pada hujan. Hujan adalah penyembuh bagi hati dan kemarau jiwamu.
Engkau yang tak mengeluh tentang dingin dan beku hujan. Hujan adalah aral dan tapak lain untuk jiwa dan hatimu yang tersepikan.
Engkau yang tak pernah melewatkan denyar-denyar hujan. Hujan adalah cerita yang selalu baru dalam inspirasi jiwamu.
Engkau yang menyimpan bahagia pada dawai renyai hujan. Hujan adalah pembalut luka kehilangan dan nyerinya sebuah perpisahan.

Bila engkau bertemu aku, maka hujanlah yang tetap menjadi penghangat cerita kita.


Malang, 25 April 2012. 18.31 wib

The Rainbow...

Terima kasih kawan,,, mengenalkanku pada indahnya warna pelangi setelah dalam hidup yang kukenali hanya hitamnya malam dan putihnya rasa dingin. Menuliskan sebuah skenario hebat dengan luapan imajinasi yang tak terhingga bersamamu seakan mengukir mimpi dalam kelamnya perjalananku. Saling memberi dan saling menyantuni. 
Bersamamu bukanlah pilihan untukku, sebab engkau terlalu indah untuk sekedar kubingungkan dalam jutaan pilihan dalam hidupku. Membawa makna baru dalam langkah-langkahku, mendefiniskan bersama arti biru rindu dan juntai-juntai sedih dalam detik perjalanan ini.
Bila pelangi itu dapat kubungkus, maka ingin sekali kuhadiahkan sepaket warna itu untukmu. Untuk kau bawa serta sebagai pengingat kala engkau sedih. 

Malang, 25 April 2012. 18.18 wib
"Untukmu..."

When I Love The Rain...



Ketika tetesnya menampakkan bayanganmu di sisiku. Ketika cerita tentangmu membungkam beku dalam renyainya. Dan ketika itulah betapa aku mencintai hujan yang di dalamnya ada bayang nyatamu.


24042012