Unsent Messages


Cinta tak hanya pikiran dan kenangan.
Lebih besar, cinta adalah dia dan kamu. Interaksi
-- Dee

Lagi. Dan lagi... saya hanya memenggal pesan itu di ruang 'draft'. Pesan itu seakan-akan hanya memiliki ruang hidup di sana. Ia tak akan pernah terkirim. Seandainya kamu tahu mengapa. Kejujuran dan kenyataanlah yang menyumbat hidupnya di sana. Sehingga pesan itu hanya dan harus dideportasi ke dunia 'draft' saja. Tak boleh ia berada di dalam kotak masuk ataupun pesan terkirim. Karena itu menandai bahwa keutuhan saya kembali lebur. 

Saya ingin mengirimkannya. Tanpa beban. Tanpa harus berpikir ulang. Atau membebankannya pada seorang sahabat di sebelah sana. Saya ingin sekali kamu yang membacanya. Sebagai bukti pada diri saya sendiri bahwa kita berinteraksi. Bahwa kita masih bisa saling memberi penjelasan untuk menyelesaikan semua ini.

Berkali-kali saya memikirkan satu hal. Mengapa saya seperti ini? Mengapa engkau seperti itu? Saya hanya memahami satu hal. Bahwa ternyata saya telah membayar mahal untuk datang dan menawarkan pintu yang telah terbuka padamu. Betapa mahalnya hingga rasanya seluruh sendi-sendi perasaan saya tergerus tanpa sisa oleh pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban. Saya membenarkan perasaan saya itu. Membenarkannya dengan harga dan konsekuensi yang teramat tinggi dalam hidup saya. Dan saya baru memahaminya.

Hingga akhirnya..

Saya menyadari betapa saya tidak 'seserakah' itu padamu. Betapa kamu salah selama ini. Betapa maaf harusnya keluar bersamaan dengan keutuhan saya yang telah menghilang teresap oleh keberadaanmu. Saya akhirnya tahu, bahwa cinta itu butuh dua hati yang bernyawa untuk dapat berevolusi. Cinta bukanlah benda yang kamu maksudkan. Ia membutuhkan berbagai mekanisme agar bisa bertahan dari gerak laju ruang dan waktu.

Rhie
29 Juli 2014
Lebaran hari kedua