Suatu Hari, Ayah....

Suatu hari Ayah, dia akan datang untukku.
Terdiam menahan gejolak di dalam ruang tubuhnya demi bertemu denganmu. Lalu ia sejenak akan menghela nafas. Membiarkan orang tuanya menanyakan kabarmu. Dia menunggu jawaban di atas getaran-getaran suaramu. Ia tahu engkau akan bertanya tentang dirinya. Dan ia akan menjawab semuanya dengan senyum tulus meskipun engkau hendak memojokkannya. Aku tahu, Ayah. Jauh di dalam ruang hatimu engkau hanya memastikan 'Diakah yang akan menjaga putriku?'

Suatu hari Ayah, dia akan menemuimu.
Membawa kedua orang tuanya dan sebekal doa jauh-jauh hari. Memupus sejenak perasaan malu dan takut di dalam hatinya. Dia. Seseorang yang penuh ketulusan dan keikhlasan bersedia menerima estafet darimu untuk menjagaku. Kini dia hanya akan menunggu jawabanmu. 

Ayah,
Disela-sela restumu, ia akan menatapmu dan berjanji takkan membuatmu kecewa. Janji pertamanya untukmu. Sejenak engkau melepas estafet itu. Menanti ujungnya dengan airmata yang diam-diam tersembunyi dibalik punggung Ibu. Berkata penuh haru dan rasa sedih 'Nak, berbahagialah'. Bayangan-bayangan masa kecilku perlahan berputar dibenakmu. Lalu, engkau menyadari betapa singkat masa itu. Seakan baru kemarin putrimu tertawa di atas punggungmu.



Ayah,
Suatu hari itu, adalah hari ini...
Dengan hati bahagia dan janji digenggaman, ia bersimpuh di hadapanmu. Menitikkan airmata dan rasa cinta yang tak terbatas. Engkau bergetar sekaligus penuh kelegaan menerima sumpah itu. Engkau tahu, dialah orang yang tepat untukku. Bisik doamu melirih ditelinganya. Ridhamu menjelma tangis dalam bahagianya. Engkau menyadari, rasa terima kasih itu takkan berhenti terucap darinya.

Dear Dad,
I will be happy for you.


Inspired by. Desfirawita
Yogyakarta, 4 June 2014
Teruntuk: My elder sister

1 komentar:

  1. Sweet, kak.... :)
    Menanti dia di derap usia yg semakin menua.
    haduh, kok g dateng2 yaaa.. #mulai gelisah
    hehehe

    BalasHapus