Bahagiamu, Kak.....


"Kak, apakah dia mencintaimu?"
"Tentu saja, dia mencintaiku"
"Mengapa dia tidak datang ke rumah kita?"
"Entahlah...."

Sejenak kamu terdiam. Kamu bilang bahagia itu akan tiba meskipun waktu perjalanannya teramat lama. Aku hanya menunduk. Kehilangan kata-kata. Beberapa saat kemudian handphonemu berbunyi. Dari sahabatmu. Kamu bilang dia akan menikah beberapa minggu lagi. Dan kamu tertawa bahagia. Sesederhana itukah bahagiamu? Bahagia karena orang lain bahagia.

Beberapa menit kemudian, hpmu berbunyi lagi. Pesan pendek dari temanmu yang sudah menikah. Dia meminta doamu karena hendak melahirkan. Kau tak membalasnya, tetapi kau menelponnya langsung. Kemudian, meluncurlah doa-doa ikhlas itu dari mulutmu. Sesekali engkau tersenyum dan memberinya kekuatan. Bahkan, diakhir percakapan engkau sempat mengatakan selamat menjadi ibu untuk anak yang shaleh/shalehah.

Aku terdiam, terhenyak. Kau tak menyesal sedikitpun dengan waktu dan keadaan yang terus-menerus membuatmu terantuk batu. Semua terjadi seakan-akan kau tak menyadarinya. Sementara terkadang kulihat engkau lamat-lamat berucap dalam doa. Mengaji dalam tangis dan sesegukan yang tertahan. Yang engkau minta hanya rasa sabar. Ya. Hanya sebatas rasa sabar. Permintaan yang tak pernah terbayangkan oleh pikiran akademikku selama ini.

Yogyakarta
4 Juni 2014 (UGM Lib)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar