Lelaki Naga...


Dalam kesedihan dan kearifannya..
waktu adalah teman yang baik.


Pada suatu siang yang meradang, lelaki naga berblu merah berangkat ke timur. Ia hendak memberondong matahari dengan segerobak pertanyaan: tentang perempuan, cinta, relasi, hidup, juga hati yang remuk berjebai.


"Untuk apa engkau datang kepadaku?" matahari bertanya seraya meredupkan sinarnya.
"Aku ingin seperti dirimu. Memberi tak mengharap kembali. Engkau bersinar sepanjang hari, memberi nafas dan kehidupan bagi penghuni bumi, tapi tak pernah mengharapkan imbalan. Begitu ikhlas. Bagaimana kau bisa begitu?" tanya lelaki naga berbulu merah.


Matahari tersenyum, lalu bertanya, "mengapa engkau hendak menjadi seperti diriku, memberi tak meminta kembali?"



Lelaki naga berbulu merah terdiam. Ia tak segera menjawab. Ingatannya melayang pada perempuan bermafela kelabu yang menjerat kalbu. Lelaki naga dan perempuan itu berjumpa diawal musim semi. Pertemuan mereka laksana upacara - seperti ketika malam meminang rembulan. Udara wangi setanggi.


Hati lelaki naga terpanah asmara sejak pandangan pertama. Ia bagaikan Ken Arok yang tersihir oleh sinar terang dari pangkal paha Ken Dedes ketika hendak menaiki pelana kuda.


Sejak itu, bulan bagaikan selalu purnama sepanjang malam. Bunga bermekaran sepanjang musim. dan kabut lesap bersama siang. segenap jiwa dan raga ia berikan pada perempuan bermafela kelabu.


Tapi, yang indah ternyata tak abadi bersama ruang dan waktu. surya hanya mampir sebentar dalam hidup lelaki naga berbulu merah. Perempuan bermafela kelabu mendadak pergi pada suatu pagi yang kelabu. airpun membeku. Ia hanya sesekali kembali dengan senyum yang sama sekali berbeda.


Dan kini semuanya serba tak sama lagi. Rasa itu telah terbang bersama aroma esok hari.
"Adakah yang salah? Apakah aku gagal menggenggam cinta? Apakah aku tak pernah berhasil membuatnya tidur seraya tersenyum?" lelaki naga bertanya-tanya.


Sejak itu, lelaki naga selalu mengutuk takdir. Ia merasa hidup tak pernah adil. Sampai kemudian lelaki itu memutuskan untuk pergi menemui matahari dan bertanya tentang bagaimana menjadi ikhlas dan pasrah. Sumeleh. bagaimana kehilangan tanpa menerbitkan kesedihan?


Dalam balutan cahaya yang berpendar-pendar, matahari menenangkan kegundahan hati lelaki naga berbulu merah.


"Usahlah kau gusar dan semak hati. Setiap jalan punya tikungan sendiri. Pada masanya nanti, kau akan sampai juga di ujung jalan itu: kearifan"
"Aku bisa begini karena aku lahir lebih dulu dibanding dirimu. Aku sudah melewati jalan yang sekarang kau lalui. Aku sebagian dari para sesepuh, mereka yang lebih dulu mengenal semesta, selalu luwih ing tumindak, luwih ing sasmita, sarwa luwih ing sembarang kalir - lebih dalam dalam bertindak, lebih dalam penerawangan, serba lebih dalam segala hal"
"Para pendahulu, mereka yang sudah dimakan usia, pernah melewati segala kemarahan, juga kesalahan. Karena itu, mereka menggenggam kearifan, lebih sabar, lebih jembar. Waktulah yang membuat mereka begitu."


"Para tetua adalah air yang tenang. Kau bisa bercermin ke permukaannya. Anak muda, mereka yang selalu bergegas, adalah air yang mengalir, arus deras. Kau hanya melihat gerak yang lekas, bukan kedalaman."


"Hanya yang pernah bercita-cita tapi kemudian khilaf, hanya yang pernah bergelora kemudian redup, tahu betapa benarnya waktu. Dalam kesedihan dan kearifannya, waktu adalah teman terbaik. Ia membiarkan kita tua. Ia membikin sederet nama menjadi sejarah. Ia membikin serangkai gelombang menjadi mandek. Ia membikin arus deras menjadi reda.


"Orang tidak dapat melihat bayangan dirinya di dalam air yang mengalir, tetapi ia dapat melihatnya pada air yang tenang dan diam. Orang tua memang punya kelebihan. Mereka adalah air yang diam.
"Jika kau cermat memandang ke dalamnya, kau akan melihat dirimu lengkap. kau akan melihat dirimu dalam perbandingan. Di air itu, pengalaman telah membuang sauh, dan sauh di dasar terkandung simpanan kenangan terutama kenangan tentang kesalahan.
" Tetapi, jangan terlampau marah pada kesalahan. Kesalahan mungkin hanya satu tahap dalam mencari kebenaran. Bukankah anak kecil baru bisa berjalan setelah ia pernah jatuh?


" Janganlah kau tergesa menyelesaikan semuanya dalam semalam. Hidup toh bukanlah lakon wayang, bisa kita selesaikan sebelum siang.
" Boleh saja kau mengutuk semua kenangan sebagai kesalahan. Tetapi jangan sampai kau lupa bahwa kita memang harus terus mencari bagaimana sebaiknya menjadi benar."


Lelaki naga berbulu merah melelehkan airmata hatinya begitu matahari menyelesaikan kata-katanya. Waktu berubah. yang di timur telah lengser ke barat. Terang menjadi temaram. Menjelang malam, lelaki naga pun rubuh ke bumi di iringi orkestra hujan tak berkesudahan.






Cerita oleh: Ndoro Kakung
dalam antologi kisah : Perempuan Yang Melukis Wajah


Rewritten by: Qoriatul Mahfudhoh Qoffal
Probolinggo, 12 Juli 2012

1 komentar: