Membaca Laut..


Kadangkala, ada beberapa hal aneh yang seringkali saya lakukan untuk memuaskan batin. Dan hal yang seringkali saya lakukan adalah kontemplasi. Kontemplasi tidak hanya sekedar merenung dengan kepala dan isi hati kosong melompong, namun merenung dengan mengesampingkan niat untuk egois sejenak. Kadangkala, manusia egois terhadap dirinya sendiri. Tidak memberi ruang untuk sejenak batin ini beristirahat dari glamoritas kehidupan yang menyesakkan. Adakalanya hati butuh beristirahat dan melepaskan sejenak penat keinginan sendiri. Dengan begitu, hakikat dan niat mampu kita tata dan rapikan kembali ke tempat muasal.

Saya adalah manusia paling egois di dunia saya. Sebab, saya merasa membangun segalanya sendirian dan hanya untuk kepuasan batin sendiri. Saya sungguh egois untuk ukuran diri saya sendiri. Karena itulah, seringkali nurani saya lelah dan butuh ruang untuk meletakkan segalanya dengan benar kembali.

Hati saya butuh ketenangan yang dalam. Menyatu kembali dengan muasal diri ini. Bukankah manusia itu adalah bagian dari alam dan akan kembali ke alam? Ketenangan seperti itu seringkali saya dapatkan dengan bercakap-cakap sejenak dengan alam. Mengamati betapa sesungguhnya saya sangat kecil di sini. Beberapa waktu yang lalu, saya katakan pada sebuah malam beserta bulannya yang menyabit anggun, bahwa saya ingin kembali lagi pada yang dahulu. Sebelum segalanya menjadi sekeras batu dan secadas karang. Saya egois menggenggam beban ini sendirian tanpa berbagi secuil pun dengan Tuhan. Saya egois menikmati senyum-senyum saya selama ini dengan melupakan bahwa Tuhanlah yang memiliki kuasa untuk membahagiakan saya. Dan seringkali saya lupa diri dengan lumeran ambisi yang menjadi-jadi, abai bahwa sebenarnya saya memiliki Dia yang memiliki kehendak tak terbatas.

Saya ingin membaca bagaimana surat-surat Tuhan sampai pada bintang-bintang di balik awan sana. Saya ingin membaca pesan-pesan Tuhan pada laut yang menjadikannya sepatuh itu dari masa ke masa. Sementara saya hanya bisa berdiri tergugu sendirian di sini. Benar-benar sendirian tanpa tahu jalan seperti apa yang saya butuhkan sesungguhnya.

Dua hari ini, saya benar-benar ingin melihat laut. Ingin sekali bercengkerama sejenak dalam tadabur. Bertanya pada mereka bagaimana selama ini mereka menghilangkan rasa bosan untuk mendebur setiap saat. Saya ingin menikmati senyum laut ketika mereka dihampiri langit jingga senja hari. Menanyakan kepada mereka bagaimana mereka menjadi seikhlas itu.


Malang, 20 Juli 2012
"Malam nanti tarawih pertama di tahun ini. Laut.. betapa saya ingin melihatmu.."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar