Bahagia itu relatif
subyektif. Kita bisa bahagia jika pikiran kita bahagia, tenang dan puas dengan
keadaan kita. Definisi bahagia itu hanya ada dalam lubuk hati. Bila bagimu
bahagia adalah ketika kamu berkontemplasi dan membiarkan hidup itu mengalir
sesuai dengan lajurnya. Menyerahkan segala urusan kepada Allah semata, maka itu
adalah bahagiamu. Kamu tak salah karena sayapun mengamini hal itu benar. Saya menyebutnya
dengan jalan para sufi. Jalan tariqah demi menfokuskan segala unsure dalam jiwa
hanya padaNya semata.
Namun, bagiku tak
sepenuhnya bahagia itu berasal dari sana. Bila memang seperti itu, maka
alangkah kita egois terhadap dunia ini. Allah tak ciptakan kita sendirian di
sini, kita masih memiliki tanggung jawab sebagai manusia yang memiliki teman, keluarga,
cinta, musuh dan alam. Bila saya mengamini jalan sufi itu benar 100% maka
sungguh egois batinku ini. Artinya saya hanya ingin kebahagiaan itu hanya milik
sendiri. Sedangkan saya butuh bahagia itu bukan hanya untuk diri sendiri,
tetapi membaginya dengan orang lain dan alam ini.
Saya pernah
mendengar definisi bahagia dari dosen linguistik di kampus bahwasannya bahagia
itu adalah kepuasan diri untuk membagi bahagia kita dengan orang lain. Kita
mampu bahagia bila melihat orang lain bahagia. Tanpa kenal ruang dan waktu,
bahagia memang memiliki arti seperti itu. Ada ketenangan dan kejernihan hati
ketika kita mampu memuaskan hasrat untuk membagi kebahagiaan kita dengan orang
lain. Lalu, tolak ukur bahagia itu apa? Bagi saya, yang mampu mengukur apakah
orang lain bisa bahagia bila kita bahagia hanya hati. Pernahkah kamu bertemu
dengan seorang pengemis dipinggir jalan yang meminta kehidupan pada kita lewat
selembar seribuan? Bila dengan hati kita mampu melihat dan merasakan betapa
sakitnya rasa lapar itu, maka uang seribu bukanlah hal remeh, namun sebuah
sumber bahagia bagi kita dan mereka yang menerima. Kita tak mampu mengukur
apakah uang seribu itu adalah sumber kebahagiaan atau bukan, namun dengan hati
kita mampu menakar bahagia itu lewat kepuasan nurani.
Saya
bahagia bila kamu bahagia. Dalam kamus kehidupan saya pernyataan itu adalah pernyataan
tertinggi yang mestinya diberi penghargaan uang 1 triliyun bagi siapapun yang
mengucapkannya dengan keikhlasan yang dalam. Menakar kebahagiaan diri sendiri
dengan hanya melihat orang lain bahagia. Bagi saya, hanya satu orang yang mampu
melsayakan hal tersebut. Yaitu manusia yang saya sebut sebagai manusia
sempurna. Yang menyerahkan seluruh bahagia itu hanya lewat senyum tulus orang
lain.
Amazing, dalam
perjalanan saya selama ini, ada banyak hal yang sering membuat saya bahagia.
Bahagia relative yang banyak teman-teman saya katakan sebagai definisi
‘bahagia’ yang aneh. Saya bahagia sekali bila musim hujan datang, karena saya
jatuh cinta pada hujan (sangat jatuh cinta). Saya bahagia bila sedang jatuh
cinta, meskipun orang yang saya cintai tidak tahu bahwa saya tengah jatuh cinta
padanya dengan cinta yang benar-benar berat dipundak saya. Saya menikmati
proses jatuh cinta diam-diam dan merindukan diam-diam. Sebab, saya akan
mencurahkan segalanya langsung pada Sang Pemilik Cinta yang sesungguhnya lewat
munajah panjang dan sangat lebar di ujung pagi. Saya bahagia memiliki topik
seperti itu untuk saya bicarakan berdua denganNya.
Maka, bahagialah
saya dengan cara yang saya miliki sendiri. Kamu juga bahagia dengan jalur dan
rutemu sendiri. Kita berhak bahagia setelah segala beban sedih airmata yang
seringkali kita rasakan. Karena Dia memang menjadikan hidup itu seperti dua
sisi koin.
Malang, 20 Juli 2012
Hem . . . Amazing, Saya sangat sepakat sekali dengan pernyataan Anda Mbak
BalasHapusSungguh mulia sekali hati dan pikiran Antum yang telah mengartikan Kebahagiaan dalam arti yang lebih global yang mengarah pada kehidupan sosial dan kepentingan orang banyak . . . Saya mulai sadar bahwa itulah hidup yang sebenarnya . . . "Khoirunnas anfa'uhum linnas" . . . sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk Orang lain . . . sebagaimana hal ini pernah dikutip Oleh Salah seorang Pemateri PSDM, Dosen BSI yang sangat luar biasa, Bu Like Rascova Oktaberlina . . . AMAZING,
BalasHapusGludakkkk... hahahaha...
HapusMulia dari sudut mana? I am the most imperfect person in this world. Sementara ini saya hanya cukup puas melihat orang lain bahagia. selebihnya adalah saya bahagia dengan cara saya sendiri...
Satu hal lagi untukmu...
BalasHapusSaya ingin melihat tulisan-tulisanmu. Berkaryalah.. Jangan hanya menikmati tulisan saya saja...
(ge'er.com)