Bahagia...






Bahagia itu relatif subyektif. Kita bisa bahagia jika pikiran kita bahagia, tenang dan puas dengan keadaan kita. Definisi bahagia itu hanya ada dalam lubuk hati. Bila bagimu bahagia adalah ketika kamu berkontemplasi dan membiarkan hidup itu mengalir sesuai dengan lajurnya. Menyerahkan segala urusan kepada Allah semata, maka itu adalah bahagiamu. Kamu tak salah karena sayapun mengamini hal itu benar. Saya menyebutnya dengan jalan para sufi. Jalan tariqah demi menfokuskan segala unsure dalam jiwa hanya padaNya semata. 
Namun, bagiku tak sepenuhnya bahagia itu berasal dari sana. Bila memang seperti itu, maka alangkah kita egois terhadap dunia ini. Allah tak ciptakan kita sendirian di sini, kita masih memiliki tanggung jawab sebagai manusia yang memiliki teman, keluarga, cinta, musuh dan alam. Bila saya mengamini jalan sufi itu benar 100% maka sungguh egois batinku ini. Artinya saya hanya ingin kebahagiaan itu hanya milik sendiri. Sedangkan saya butuh bahagia itu bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi membaginya dengan orang lain dan alam ini.
Saya pernah mendengar definisi bahagia dari dosen linguistik di kampus bahwasannya bahagia itu adalah kepuasan diri untuk membagi bahagia kita dengan orang lain. Kita mampu bahagia bila melihat orang lain bahagia. Tanpa kenal ruang dan waktu, bahagia memang memiliki arti seperti itu. Ada ketenangan dan kejernihan hati ketika kita mampu memuaskan hasrat untuk membagi kebahagiaan kita dengan orang lain. Lalu, tolak ukur bahagia itu apa? Bagi saya, yang mampu mengukur apakah orang lain bisa bahagia bila kita bahagia hanya hati. Pernahkah kamu bertemu dengan seorang pengemis dipinggir jalan yang meminta kehidupan pada kita lewat selembar seribuan? Bila dengan hati kita mampu melihat dan merasakan betapa sakitnya rasa lapar itu, maka uang seribu bukanlah hal remeh, namun sebuah sumber bahagia bagi kita dan mereka yang menerima. Kita tak mampu mengukur apakah uang seribu itu adalah sumber kebahagiaan atau bukan, namun dengan hati kita mampu menakar bahagia itu lewat kepuasan nurani.
Saya bahagia bila kamu bahagia. Dalam kamus kehidupan saya pernyataan itu adalah pernyataan tertinggi yang mestinya diberi penghargaan uang 1 triliyun bagi siapapun yang mengucapkannya dengan keikhlasan yang dalam. Menakar kebahagiaan diri sendiri dengan hanya melihat orang lain bahagia. Bagi saya, hanya satu orang yang mampu melsayakan hal tersebut. Yaitu manusia yang saya sebut sebagai manusia sempurna. Yang menyerahkan seluruh bahagia itu hanya lewat senyum tulus orang lain.
Amazing, dalam perjalanan saya selama ini, ada banyak hal yang sering membuat saya bahagia. Bahagia relative yang banyak teman-teman saya katakan sebagai definisi ‘bahagia’ yang aneh. Saya bahagia sekali bila musim hujan datang, karena saya jatuh cinta pada hujan (sangat jatuh cinta). Saya bahagia bila sedang jatuh cinta, meskipun orang yang saya cintai tidak tahu bahwa saya tengah jatuh cinta padanya dengan cinta yang benar-benar berat dipundak saya. Saya menikmati proses jatuh cinta diam-diam dan merindukan diam-diam. Sebab, saya akan mencurahkan segalanya langsung pada Sang Pemilik Cinta yang sesungguhnya lewat munajah panjang dan sangat lebar di ujung pagi. Saya bahagia memiliki topik seperti itu untuk saya bicarakan berdua denganNya.
Maka, bahagialah saya dengan cara yang saya miliki sendiri. Kamu juga bahagia dengan jalur dan rutemu sendiri. Kita berhak bahagia setelah segala beban sedih airmata yang seringkali kita rasakan. Karena Dia memang menjadikan hidup itu seperti dua sisi koin.
Malang, 20 Juli 2012

4 komentar:

  1. Hem . . . Amazing, Saya sangat sepakat sekali dengan pernyataan Anda Mbak

    BalasHapus
  2. Sungguh mulia sekali hati dan pikiran Antum yang telah mengartikan Kebahagiaan dalam arti yang lebih global yang mengarah pada kehidupan sosial dan kepentingan orang banyak . . . Saya mulai sadar bahwa itulah hidup yang sebenarnya . . . "Khoirunnas anfa'uhum linnas" . . . sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk Orang lain . . . sebagaimana hal ini pernah dikutip Oleh Salah seorang Pemateri PSDM, Dosen BSI yang sangat luar biasa, Bu Like Rascova Oktaberlina . . . AMAZING,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gludakkkk... hahahaha...
      Mulia dari sudut mana? I am the most imperfect person in this world. Sementara ini saya hanya cukup puas melihat orang lain bahagia. selebihnya adalah saya bahagia dengan cara saya sendiri...

      Hapus
  3. Satu hal lagi untukmu...
    Saya ingin melihat tulisan-tulisanmu. Berkaryalah.. Jangan hanya menikmati tulisan saya saja...
    (ge'er.com)

    BalasHapus