Buket Cinta Untukmu, Kak...


Selamat menikah Kak...
Selamat menjalani separuh dien yang engkau tunggu.


Ini diary-ku, kak...
Bilamana suatu saat aku tak mampu hadir di sana. Hari dimana semua kebahagiaan berpusar disekelilingmu dan aku tak mampu tersenyum bersamamu. Maka, mengertilah bahwa aku di sana dan tak pernah jauh darimu. Ingatlah bahwa cinta tak akan selamanya bersama. Biar dari sini aku menaburkan cinta untukmu dan dia.



Ini buku harianku, kak...
Bacalah bila nanti aku tak mampu menemuimu untuk sekedar memberikan kado ini untukmu. Resapi seakan aku tengah membacakan runtun puisi untukmu. Bukankah kamu menyukai semua puisi-puisiku. Terimalah kado kecil berisi perca hatiku ini untukmu, kak. Bukti bahwa aku mencintaimu dan semakin menyayangimu.


Kak...
Ini adalah buket cinta yang sengaja kupersiapkan jauh-jauh sebelum kamu menyadari kepergian adalah sebuah hal pahit yang tak mampu kuhindari. Buket cinta sebagai tanda bahwa aku tengah memberi kado untuk engkau sang pengantin baru yang masih lugu. Aku selalu membayangkan bagaimana indahnya cinta yang akan engkau abadikan dalam memori waktu nantinya. 




Dalam imajinasiku, kak...
Engkau berjalan anggun sambil sesekali memperbaiki sepatu hak tinggi yang baru pertama kali kau pakai. Menyeret langkah anggun dengan balutan busana putih yang menggerai hingga bumi pun mencium aroma bahagiamu. Berkerudung cantik dengan bordir cinta yang selama ini engkau idamkan. Ah, betapa cantiknya kakakku dengan semua senyum dan khidmat itu. Betapa dia beruntung memilikimu seutuhnya dengan segenap pengabdianmu.


Kemudian,,,
Aku bisa membayangkan tatkala engkau mendekap tangan keriput abi dan umi yang tak lagi sama seperti sedia kala ketika kita bergelayut manja bersama mereka. Airmata membanjiri wajah anggun dan teduhmu, membasahi punggung tangan abi yang hanya bisa memberimu doa segenap hati. Tanda rela abi dan umi untuk melepasmu bahagia bersama dengannya. Lalu, perlahan hati kecilmu bertanya mengapa harus seperti ini? Sebab, semua ini adalah kehidupan kak. Siklus yang takkan berhenti tanpa tangis dan senyum yang engkau genapkan.


Pelaminan itu, kak...
Tanda nyata engkau mengikrarkan cinta bersamanya. Buket cinta yang genggam adalah simbol bahagia yang saat itu engkau pegang erat. Ada dekap sunyi yang tak mampu didefinisi bersama cinta yang kau sembunyi. Ada jemari lembut yang menyatu bersama genggammu mengarungi hela ombak dibahtera nanti.


Kak,
Inilah diari-ku. Yang tak mampu kuberikan bersama buket bunga pernikahanmu. Tetapi, aku di sana bersamamu dan menghayati setiap senyummu. Resapi maknamu di sana... Karena aku selalu bersamamu.




Malang, 16 June 2012
By. Qoriatul Mahfudhoh Qoffal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar