Bicara, tertawa, berteriak dan bahkan terhenyak memandangmu adalah
sebuah bahagia yang mengalir seperti pasir waktu. Mensyukuri bahwa engkau masih
ada di sini menampakkan sebentuk senyum nyata dihatiku. Lalu, kemarin tiba-tiba
engkau bicara tentang sebuah waktu. Waktu yang tak kusadari akan menjelma
sekencang ini, menggilas segenap kesadaran penuhku bahwa engkau sebentar lagi
akan berlalu seperti mereka yang berdetak maju. Semoga tak ada yang kusesali
selain bahagia yang terlanjur ku kemas dalam memori abadiku. Semoga aku juga
tak menyalahkan waktu untuk sebuah perpisahan yang mungkin tak tertahankan
sakitnya. Dan juga semoga aku tak lagi mengenal bahagia lewat waktu yang
menghela secepat laju angin berlalu.
Hembus hujan itu, menyeret lirih sedih duka yang menggumpal dalam sangkar mendung. Melesakkan nafas sejuk di seluruh renyainya. Lalu, mengapa kau membencinya?
When I Should Say More Than Thank You...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar