Sekian lama menyandarkan diri dalam diam dan jarak antara
engkau dan aku. Sendirian menyimpan letih dan lemah hatiku mencintaimu di siang
dan malam hari. Namun, sepertinya waktu tak hendak mengerti bagaimana aku
menuliskan setiap gurit luka ketidaktahuanmu atas semua rindu yang kusimpan
ini. Tak sesederhana apa yang mereka katakan tentang rindu. Rindu-rindu yang
kupilin sendirian ini seringkali menyesakkan dada daripada membahagiakan
jiwaku. Ah, bilamana engkau tahu bagaimana aku menyeka sendirian airmata dan
ketakberdayaanku ini. Namun, biarlah tetap seperti ini. Berpikir mungkin bila
aku menyimpannya dalam tabung jiwaku yang paling dalam, aku akan mampu menerima
klise bayangmu dalam hidupku.
Setiap hari, kubawa engkau kesegala arah demi menyamarkan
perih rindu yang menagih untuk diberitahu. Alangkah engkau memiliki segalanya
yang di dalamnya juga ada hatiku. Mencarimu dalam gumpalan detik demi merekam
setiap langkah-langkahmu. Di dalam hatiku, betapa engkau adalah partikel terindah
yang kumiliki. Tetapi, itu berlalu kemarin…
Ya, kemarin engkau adalah yang kumiliki dalam deru nafas dan
sesak rinduku. Tetapi, karena semua adalah sebuah kebodohan kecil, kini aku
tersungkur lukaku sendiri. Jalanmu memang sudah benar, hanya saja jalanku yang
keliru menelikung. Aku terlalu mempercayai waktu atas hatiku hingga melenakan
ruas-ruas kedip mataku. Dan aku juga terlalu menyandarkan diri dalam
ketakberdayaan hati.
Bagaimana denganmu? Bilamana engkau tahu bahwa aku
mencintaimu lewat waktu yang terus berlalu. Mampukah engkau tetap ditempatmu
selama ini tanpa turut berlalu bersama waktu? Tak meninggalkanku sendirian
dengan luka karena ketakmampuanku ini?
Bila engkau jadi diriku?
Tak ada yang bisa kau gugat selain waktu dan ketakberdayaan ini.Malang, 26 April 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar