Siapa yang pertama kali saya temui ketika saya tiba di MSAA?
Kakak saya inilah jawabannya. Mungkin ia tidak ingat bagaimana saya akhirnya
tahu namanya adalah ‘Eka Fitriyah’. Tapi saya selalu ingat bagaimana dulu
ketika saya pertama kali memasuki sebuah asrama yang bernama Mahad ini, ia yang
tersenyum kepada saya pertama kali dan memperkenalkan diri kepada saya dan abi.
Saya suka senyum lepasnya yang tak dipaksakan. Terlihat ia sangat senang dengan
sebuah kehadiran. Namanya panggilannya ‘Eka’ tapi abi mengejanya dengan ‘Ika’
(hihihi…)
Hembus hujan itu, menyeret lirih sedih duka yang menggumpal dalam sangkar mendung. Melesakkan nafas sejuk di seluruh renyainya. Lalu, mengapa kau membencinya?
When I Should Say More Than Thank You...
Bicara, tertawa, berteriak dan bahkan terhenyak memandangmu adalah
sebuah bahagia yang mengalir seperti pasir waktu. Mensyukuri bahwa engkau masih
ada di sini menampakkan sebentuk senyum nyata dihatiku. Lalu, kemarin tiba-tiba
engkau bicara tentang sebuah waktu. Waktu yang tak kusadari akan menjelma
sekencang ini, menggilas segenap kesadaran penuhku bahwa engkau sebentar lagi
akan berlalu seperti mereka yang berdetak maju. Semoga tak ada yang kusesali
selain bahagia yang terlanjur ku kemas dalam memori abadiku. Semoga aku juga
tak menyalahkan waktu untuk sebuah perpisahan yang mungkin tak tertahankan
sakitnya. Dan juga semoga aku tak lagi mengenal bahagia lewat waktu yang
menghela secepat laju angin berlalu.
When the Rainbow Ends
Percayalah, persahabatan dan kenangan ini akan saya bawa sampai
pada akhirnya. Tawa dan tangis rindu ini akan saya simpan dalam rekaman lubuk
hati. Membangkitkannya kembali tatkala saya butuh putih atas jalan hitam yang
akan saya lalui. Perpisahan bukanlah akhir, namun awal untuk pertemuan dan
dunia baru kita. Pertegaslah mimpi-mimpi yang dahulu pernah kita bicarakan
ketika saling berhadapan. Bahkan, ketika saya mengatakan semua ini. Mata dan
hati saya tak lagi seutuh dahulu. Namun, saya harus kembali selalu pada waktu
untuk merekatkannya sebagaimana semula ketika ia belum sepatah ini.
Malang, 27 April 2012
They Are...
Dunia seperti mereka tak mungkin bisa berpindah dari kehidupan yang kujelajahi. Dunia dan penglihatan ke dalam nurani yang mereka berikan kepadaku terlampui banyak untuk sekedar kuhitung dengan detik waku yang setiap hari kelalui. Bahasa yang mereka ajarkan untuk sekedar memaknai sebuah cinta terkadang terlalu banyak untuk hanya terdefinisi lewat kata saja. Jajar alphabet kadang cukup sesak untuk memaknai kehadiran mereka di sisiku saat ini. Sebab mereka adalah dunia yang hidup dalam lingkar antara nyata dan imajinasi yang membentuk sebuah penglihatanku. Bukankah mereka selalu berani dan cukup nyata?
Malang, 26 April 2012
Alone....
Sekian lama menyandarkan diri dalam diam dan jarak antara
engkau dan aku. Sendirian menyimpan letih dan lemah hatiku mencintaimu di siang
dan malam hari. Namun, sepertinya waktu tak hendak mengerti bagaimana aku
menuliskan setiap gurit luka ketidaktahuanmu atas semua rindu yang kusimpan
ini. Tak sesederhana apa yang mereka katakan tentang rindu. Rindu-rindu yang
kupilin sendirian ini seringkali menyesakkan dada daripada membahagiakan
jiwaku. Ah, bilamana engkau tahu bagaimana aku menyeka sendirian airmata dan
ketakberdayaanku ini. Namun, biarlah tetap seperti ini. Berpikir mungkin bila
aku menyimpannya dalam tabung jiwaku yang paling dalam, aku akan mampu menerima
klise bayangmu dalam hidupku.
Setiap hari, kubawa engkau kesegala arah demi menyamarkan
perih rindu yang menagih untuk diberitahu. Alangkah engkau memiliki segalanya
yang di dalamnya juga ada hatiku. Mencarimu dalam gumpalan detik demi merekam
setiap langkah-langkahmu. Di dalam hatiku, betapa engkau adalah partikel terindah
yang kumiliki. Tetapi, itu berlalu kemarin…
Ya, kemarin engkau adalah yang kumiliki dalam deru nafas dan
sesak rinduku. Tetapi, karena semua adalah sebuah kebodohan kecil, kini aku
tersungkur lukaku sendiri. Jalanmu memang sudah benar, hanya saja jalanku yang
keliru menelikung. Aku terlalu mempercayai waktu atas hatiku hingga melenakan
ruas-ruas kedip mataku. Dan aku juga terlalu menyandarkan diri dalam
ketakberdayaan hati.
Bagaimana denganmu? Bilamana engkau tahu bahwa aku
mencintaimu lewat waktu yang terus berlalu. Mampukah engkau tetap ditempatmu
selama ini tanpa turut berlalu bersama waktu? Tak meninggalkanku sendirian
dengan luka karena ketakmampuanku ini?
Bila engkau jadi diriku?
Tak ada yang bisa kau gugat selain waktu dan ketakberdayaan ini.Malang, 26 April 2012
My Way Looking at Your Heart
Tak ada yang lebih baik
baginya selain bersamamu.
Menjalani setiap hari dengan selalu tersenyum dan
bersandar dipundakmu,
saling menghapus airmata tatkala kehilangan dan sedih,
dan saling setia menjaga kebahagiaan.
Baginya, hanya ada dirimu yang sempurna
di sampingnya.
Dia memutuskan untuk berada di sampingmu
sebab menjaganya sudah
lebih dari cukup baginya.
Malang, 27 April 2012
Abi,,,
Tak ada yang mengerti mengapa engkau seperti ini. Tak ada
yang paham bahwa kadangkala aku terlalu sempurna untuk sekedar memilikimu.
Menceritakan kisah-kisah kecil tentangmu adalah jejakan iluminasi dalam kalbu
yang diam-diam merapuh sebab waktu. Namun, waktu menegurku dan menegurmu.
Menegur nuraniku, sebab kadangkala aku salah memahami semua
keinginan dan harapanmu. Menegur jiwaku, sebab seringkali aku memilih diam di
balik bayanganmu, perlahan menjauh dan menarik diri darimu. Menegur engkau,
sebab engkau menginginkan sempurna itu selalu untukku. Sementara jiwaku tak
selangkah dengan apa yang engkau inginkan.
Yang Tak Pernah Takut Hujan...
Engkau yang tak takut pada hujan. Hujan adalah penyembuh bagi hati dan kemarau jiwamu.
Engkau yang tak mengeluh tentang dingin dan beku hujan. Hujan adalah aral dan tapak lain untuk jiwa dan hatimu yang tersepikan.
Engkau yang tak pernah melewatkan denyar-denyar hujan. Hujan adalah cerita yang selalu baru dalam inspirasi jiwamu.
Engkau yang menyimpan bahagia pada dawai renyai hujan. Hujan adalah pembalut luka kehilangan dan nyerinya sebuah perpisahan.
Bila engkau bertemu aku, maka hujanlah yang tetap menjadi penghangat cerita kita.
Malang, 25 April 2012. 18.31 wib
Engkau yang tak mengeluh tentang dingin dan beku hujan. Hujan adalah aral dan tapak lain untuk jiwa dan hatimu yang tersepikan.
Engkau yang tak pernah melewatkan denyar-denyar hujan. Hujan adalah cerita yang selalu baru dalam inspirasi jiwamu.
Engkau yang menyimpan bahagia pada dawai renyai hujan. Hujan adalah pembalut luka kehilangan dan nyerinya sebuah perpisahan.
Bila engkau bertemu aku, maka hujanlah yang tetap menjadi penghangat cerita kita.
Malang, 25 April 2012. 18.31 wib
The Rainbow...
Terima kasih kawan,,, mengenalkanku pada indahnya warna pelangi setelah dalam hidup yang kukenali hanya hitamnya malam dan putihnya rasa dingin. Menuliskan sebuah skenario hebat dengan luapan imajinasi yang tak terhingga bersamamu seakan mengukir mimpi dalam kelamnya perjalananku. Saling memberi dan saling menyantuni.
Bersamamu bukanlah pilihan untukku, sebab engkau terlalu indah untuk sekedar kubingungkan dalam jutaan pilihan dalam hidupku. Membawa makna baru dalam langkah-langkahku, mendefiniskan bersama arti biru rindu dan juntai-juntai sedih dalam detik perjalanan ini.
Bila pelangi itu dapat kubungkus, maka ingin sekali kuhadiahkan sepaket warna itu untukmu. Untuk kau bawa serta sebagai pengingat kala engkau sedih.
Malang, 25 April 2012. 18.18 wib
"Untukmu..."
Bersamamu bukanlah pilihan untukku, sebab engkau terlalu indah untuk sekedar kubingungkan dalam jutaan pilihan dalam hidupku. Membawa makna baru dalam langkah-langkahku, mendefiniskan bersama arti biru rindu dan juntai-juntai sedih dalam detik perjalanan ini.
Bila pelangi itu dapat kubungkus, maka ingin sekali kuhadiahkan sepaket warna itu untukmu. Untuk kau bawa serta sebagai pengingat kala engkau sedih.
Malang, 25 April 2012. 18.18 wib
"Untukmu..."
Langganan:
Postingan (Atom)