Kenangan


Ia memanggil segalanya atas nama kenangan. Menjelmakan detik akhirnya menjadi sebuah runutan bahagia yang ia eja sendiri. Ia menyebut semua itu sebagai ritual dalam meditasi panjangnya lewat sebuah kerinduan akan masa lalu. Heran sekali, manusia seringkali berusaha menyingkirkan masa lalu dengan menabrakkan kenangan-kenangan mereka pada laju waktu.

Namun, ia tidak.. sekalipun kenangan itu menyentak telak hatinya yang telah menjadi perca, menyingkirkannya menjadi sesuatu yang lain dari sebelum ia ada, dan melupakannya. Ia tidak pernah sekalipun membuang kenangan itu..
Ia menempelkannya lekat pada waktu, sehingga waktu semakin jauh membawanya pergi maka kenangan itu semakin merunutnya hati-hati.

Ada ruang di dalam inti lubuk itu yang ia sisakan demi kenangan. Meminangnya dalam bahagia ketika lembaran masa lalu itu ia buka. Membingkainya dalam renyai patah-patah hujan. Ah, betapa ia ingin kembali merasakan denyar-denyar kenang itu kembali...
Tak banyak yang ia harapkan di setiap waktu hujan berhenti menabuh gersang. Ia hanya ingin datang ke dalam kotak kenangan itu, melongok dengan jelas ke dalamnya seakan-akan itu baru saja terjadi kemarin pagi. Saat segalanya bermula tanpa sebuah penyesalan. 

Kenangan itu,,,
adalah runut pertemuannya denganmu,,

catatan, awal Desember yang penuh hujan
koury.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar