*Sinta yang kelak dibakar jadi abu
rama, seperti peri yang tersesat di hutan hantu
senyumku dibakar kenangan menciptakan seribu sunyi
berjalan sendiri meraba perjalanan cinta yang telah didusta
dari suatu lorong ke lorong yang lain tanpa cahaya
mencari-cari percikan matahari yang membangkitkan kenangan
wajah kekasih yang membekas jauh di seberang cakrawala
seperti ringkik kuda di padang yang sayup
ingatan yang asing
menerka ulang kesetiaan, kesepian
cinta, takdir dan keputusasaan
hidup adalah pilihan
kuucapkan selamat tinggal
sebab aku hanyalah jelita
yang tak ingin sirna
ditikam usia yang sepi
karenanya, kupilih jalan api!
Horison, Agustus 2012
Oleh: Tjahjojo Widarmanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar