Hembus hujan itu, menyeret lirih sedih duka yang menggumpal dalam sangkar mendung.
Melesakkan nafas sejuk di seluruh renyainya.
Lalu, mengapa kau membencinya?
Tak ada yang bisa kuucap... Ketika pergi adalah satu lagi ceruk luka yang ditulis takdir. Di bawah rumpun hujan ini, lagi lagi aku mengguyur lukaku. Mengatakan padamu bahwa aku tengah baik-baik saja Tanpa bisa berdiri...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar