Journey


Perjalanan tidak hanya tentang kita melangkah menuju satu tempat ke tempat yang lain. Lebih dari itu, perjalanan adalah sebuah petualangan pengetahuan. Otak kita merekam berbagai pengalaman yang terjadi sepanjang perjalanan bahkan sejauh kaki kita melangkah. Bagi saya yang suka sekali meluangkan waktu untuk bepergian, perjalanan adalah kombinasi antara petualangan, hobi, pengalaman, training keberanian dan penjelajahan alam fikir. Sepanjang perjalanan yang kita lalui, ada ribuan objek pengalaman yang bisa kita amati lebih dekat. Bilamana kita biasanya melihat suatu peristiwa lewat media, dengan perjalanan kita dapat mengamatinya dengan pengalaman yang jauh lebih intens dan nyata.

Pengalaman pertama kali penjelajahan saya adalah saat saya datang ke ibu kota. Saya yang hanya seorang gadis desa tanpa pengalaman apapun, hanya mengandalkan kompas hidup bernama 'keberanian bertanya' dan menanggalkan apa yang paling melekat dalam image saya yang berbenntuk 'malu-malu kucing'. Alhasil, benar apa yang diprediksi oleh pikiran saya bahwa saya akan tersesat sendirian di kota besar ini. Berjam-jam saya berjalan mencari tempat tujuan saya dengan hanya mengandalkan sebaris alamat hotel kecil dan keberanian bertanya kesana-kemari pada pak polisi. Setelah berkali-kali berganti transportasi umum, akhirnya saya tiba di hotel minimalis tersebut dengan keadaan paling mengenaskan alias wajah kusam, mata sembab kelelahan, dan baju kusut karena selama dua hari tak sempat berganti baju. Sepanjang perjalanan dan pengalaman tersesat itu akhirnya saya mencoba mendapatkan pelajaran, yakni keberanian. Karena, jika saya pada saat itu saya takut bertanya dan masih mengandalkan image 'malu-malu', dapat ditebak apa yang akan terjadi pada saya. Saya bahkan bisa memprediksi kalau saya akan menjadi gelandangan yang tak jelas tujuannya.

Langkah pertama saya untuk memutuskan bahwa saya harus keluar dari tempat persembunyian membuat saya semakin dekat dengan kenyataan. Kenyataan bahwa dunia itu tak hanya sesempit ruang baca di perpustakaan dan tempurung bernama desa tempat tinggal saya. Saya teringat dengan kata-kata guru saya ketika saya masih menginjak kelas 3 SMP, beliau mengatakan agar kami semua harus berhijrah untuk lebih mengenal hidup dan realitasnya, Imam Syafi'i saja berani berhijrah tanpa bekal apapun demi mengenali dinamika hidup masyarakat. Saya yang mirip katak dalam tempurung saat itu hanya menganggap ucapan sang guru sebagai wacana saja. Tidak tahunya, saya adalah perempuan pertama yang dalam silsilah bisa berhijrah kemana-mana. Bila dalam 3 tahun terakhir ini saya hanya berputar-putar di kota-kota sekitar Jawa saja, suatu hari saya ingin menjelajahi jutaan tempat di dunia.

"Bukankah sejarah kolonial diawali oleh sebuah penjelajahan kecil"
Kata pak Budiawan, dosen Sejarah Poskolonialisme

Yogyakarta, 17 November 2013
Rainy days

Tidak ada komentar:

Posting Komentar