Hembus hujan itu, menyeret lirih sedih duka yang menggumpal dalam sangkar mendung. Melesakkan nafas sejuk di seluruh renyainya. Lalu, mengapa kau membencinya?
Bahagia yang Bisu
Ada waktu rahasia dalam pertemuan itu
Yang meluruhkan sebentuk bening yang tertahan.
Antara aku dan Engkau di jarak sedekat ini
Pada petang yang dan kelam yang menggilas
Tak ada kantuk di padmasana ini,
Hanya luruh peluru airmata yang bicara bisu
Pertemuan itu, yang setiap waktu menagih rindu
Menagih pucuk cinta yang belum tersemai
Yang meluruhkan sebentuk bening yang tertahan.
Antara aku dan Engkau di jarak sedekat ini
Pada petang yang dan kelam yang menggilas
Tak ada kantuk di padmasana ini,
Hanya luruh peluru airmata yang bicara bisu
Pertemuan itu, yang setiap waktu menagih rindu
Menagih pucuk cinta yang belum tersemai
Malam sekarang dan malam kemarin
Seakan tak pernah sama detak detiknya
Menuai labuhan cinta yang kian menderu dan membadai
Menuntut jiwa
Menikam gebu rindu yang semakin bertalu
Engkau yang di Arsy sana…
Perkenan Izzat-Mu menerima sebutir airmata
Sebulir bening pernyataan cinta
Hanya sekali ini saja..
Agar bahagia dapat ku raih dalam bisu
Agar rindu tak lagi tertatih menuntun pilu
Agar cinta ini tak lagi berlabuh dalam semu.
Seakan tak pernah sama detak detiknya
Menuai labuhan cinta yang kian menderu dan membadai
Menuntut jiwa
Menikam gebu rindu yang semakin bertalu
Engkau yang di Arsy sana…
Perkenan Izzat-Mu menerima sebutir airmata
Sebulir bening pernyataan cinta
Hanya sekali ini saja..
Agar bahagia dapat ku raih dalam bisu
Agar rindu tak lagi tertatih menuntun pilu
Agar cinta ini tak lagi berlabuh dalam semu.
Koury...
4 Juni 2014
Langganan:
Postingan (Atom)